Membicarakan pendidikan di Indonesia pada umumya atau lembaga pendidikan Islam pada khususnya, tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan mengenai sumber daya manusia.
Pendidikan merupakan sisi kehidupan manusia yang menentukan untuk pengembangan potensi manusia secara komperhensif. Bahkan pendidikan sering didaulat sebagai “asset” bangsa yang paling berharga.
Bahkan pendidikan sering didaulat sebagai “asset” bangsa yang paling berharga. Makanya pada setiap tangal 2 Mei di seantoro negeri ini merayakan hari pendidikan nasional, yang menegaskan bahwa pendidikan benar-benar merupakan modal buat membangun peradaban suatu negeri. Dan hal ini tercermin dalam sikap dan pandangan masyarakat, bahwa pendidikan di idealkan sebagai sarana untuk meraih kepintaran dan kemandirian. Dan ini sejalan dengan gagasan Paulo Freire bahwa pendidikan merupakan praktek pembebasan dari kebodohan, kemiskinan, keterbelengguan, kepicikan, kekerdilan dan ketamakan.
Setelah Konfrensi Meja Bundar (KMB) dan diakuinya kedaulatan Indonesia oleh Belanda, di awal tahun 1950 Kepala Kantor Agama Sumatera Tengah Ustadz Nazaruddin Thoha memberikan gagasan agar disetiap kabupaten didirikan SMP Islam yang memberikan pengajaran yang seimbang antara pengetahuan umum dan pengetahuan agama Islam. Dan disaat yang bersamaan, pada dekade tahun 1950 an, H.Zaini Kunin, H. Soeman HS, H. Malik Rasyad, Hj. Khadijah Ali dan beberapa tokoh Islam lainnya juga merasakan kegelisahan karena melihat pendidikan Islam di Riau khususnya dan Pekanbaru pada umumnya amat memprihatinkan. Saat itu, untuk menuntut ilmu para pemuda Riau harus pergi merantau ke Sumatera Barat.
Sejarah berdirinya YLPI Riau sangat lah unik dan berbeda dengan pendirian lembaga lainnya. Pada tanggal 25 September 1950 Buya H. Zaini Kunin bersama dengan tokoh ulama lainnya mendirikan SMP Islam. Dan pada saat yang bersamaan telah berdiri pula Sekolah Rakyat Islam (SRI) yang didirikan oleh Hj. Chadijah Ali dan H. Baharuddin Yusuf. Dengan berdirinya kedua sekolah tersebut, para tokoh tersebut bersepakat untuk menggabung menjadi sebuah Lembaga Pendidikan Islam (LPI). Dan pada tahun 1955 Lembaga Pendidikan Islam ditingkatkan menjadi Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI), dan selanjutnya pada hari Sabtu tanggal 30 Maret 1957 dengan modal dasar sebesar Rp. 200,- (dua ratus rupiah) Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Daerah Riau di aktekan dengan Akte Notaris Sutan Syawal Diatas No.10/1957 dengan para pendiri H. Soeman Hs, H. Zaini Kunin dan Malik Rasyad.
Susunan kepengurusan pertama YLPI sesuai dengan akta no,or 30 tahun 1957 adalah :
Zaini Kunin : Ketua Umum
Soeman Hasibuan : Ketua I
Baharuddin Yusuf : Ketua II
Amiruddin : Sekretaris I
Sabar Z : Sekretaris II
Yahya Zakaria : Sekretaris III
Chadijah Ali : Bendahara
Abdullah Hasan : Pembantu
Abdul Malik Rasyad : Pembantu
Abbas Alies : Pembantu
Ny. Nurbaiti : Pembantu
Arti dalam simbol atau logo YLPI Riau adalah :
Visi YLPI Riau “ menjadi lembaga pendidikan Islam terpadu yang diakui dalam mempersiapkan generasi terbaik yang berkepribadian Islami “.
Misi YLPI Riau :
Dengan semangat dan cita-cita yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, tokoh “the founding father” YLPI memfokuskan pengembangan pada sektor pendidikan. Karena pendidikan dianggap model awal dalam membangun peradan suatu bangsa. Adapun sekolah-sekolah yang berada dibawah naungan YLPI Riau adalah :
NO |
NAMA SEKOLAH |
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. | TK YLPI Jln. Teratai Pekanbaru TK YLPI Marpoyan SD Islam Plus YLPI SMP Islam YLPI Pekanbaru SMP Islam YLPI Marpoyan MTs YLPI Lubuk Bendahara SMA Serirama YLPI SMA YLPI Marpoyan Universitas Islam Riau |